Tulisan blog ini adalah pendapat pribadi penulis dan ada beberapa yang diambil dari referensi yang sudah ada di internet

Contoh Kasus Transfer Pricing

A.    PENDAHULUAN

PT. ABC merupakan perusahaan pembuat bahan baku untuk kepentingan industri manufaktur keramik, dengan produksi utama ceramic glaze dan ceramic colors.  PT. ABC merupakan perusahaan patungan antara ABC Corporation dan PT. AAA, Indonesia.


Dengan pengalaman selama lebih dari 80 tahun dan menjadi menjadi produsen bahan industri keramik terbesar di dunia, ABC Corporation hadir di lebih 100 negara di dunia, dengan dukungan pabrik di lima benua pada 19 negara.  Kegiatan operasi di Asia dilakukan melalui 7 perusahaan di 6 negara, yaitu : Taiwan dan Hongkong ( Trading ), Thailand, China, Indonesia, Taiwan dan Jepang ( Manufacturing dan Trading ).

Penjualan ekspor PT. ABC seluruhnya dilakukan ke Taiwan untuk mengisi pasar industri keramik di Taiwan yang tidak dapat diisi oleh pabrik di Taiwan. 

B.    PASAR INDUSTRI KERAMIK

 Negara-negara konsumen besar dari produk keramik adalah Spanyol, Italia, Amerika, China dan Indonesia. Kapasitas produksi dari pabrik ceramic glazing dan ceramic colors di dunia cukup besar dibanding tingkat permintaan pada saat ini ( supply lebih besar dari demand ). Trend ini terlihat jelas dari harga jual produk glaze dan ceramic colors yang menurun dari tahun ke tahun di pasar internasional dan domestik. Production over capacity di dunia ini, juga disebabkan karena kondisi ekonomi dunia dalam keadaan resesi yang cukup berat.

Para pesaing dari ABC Group yang sebagian besar berasal dari Eropa, terlihat berusaha menurunkan harga jualnya di pasaran Asia, dengan maksud untuk dapat menaikkan volume produksinya dan menyerap beban tetap produksinya.

Di sisi lain, para pemain di pasar dunia juga selalu berusaha untuk membuat inovasi dan pengembangan teknologi baru, selain agar dapat terus mendapatkan competitive advantages di pasar, juga demi mempertahankan karakteristik dan eksistensi dari produk keramik itu sendiri, sehingga dapat menghindarkan penempatan ceramic glazing dan colors sebagai barang komoditi umum dan mempertahankan posisinya sebagai barang yang memiliki cita rasa tinggi.

Sekitar tahun 1998, pasaran keramik di Indonesia menurun akibat krisis ekonomi yang terjadi di negeri ini. Akibatnya, banyak dari kapasitas produksi terpasang dari pabrik keramik ( konsumen PT. ABC ) di Indonesia menjadi over capacity.  Agar mereka dapat bertahan, mereka melaksanakan dua strategi pokok yaitu (1) menggarap pasaran export (2) membuat produk-produk keramika dengan kualitas menengah – rendah, dengan harga yang paling murah. Dengan menjalankan dua strategi pokok di atas, otomatis para pabrik keramik itu berusaha menekan biaya bahan baku produksinya serendah mungkin.

Hal ini tentu berakibat langsung kepada produk glazing sebagai salah satu komponen bahan baku utama untuk memproduksi keramik. Harga ceramic glaze pada tahun 1997 adalah USD 830 per ton, sedangkan mulai tahun 1998 sampai tahun 2001, harga terus menurun menjadi USD 570 per ton, dan cenderung terus menurun di tahun 2002.

PT. ABC didirikan untuk melayani permintaan produk ceramic glazing, colors dan pewarna plastik dari pasaran domestik di Indonesia. Walaupun demikian, kami telah melakukan ekspor ke Taiwan, semata-mata untuk membantu ABC Taiwan guna melayani permintaan pasar di Taiwan, dan bukan merupakan tujuan pokok dari pendirian PT. ABC. Negara Taiwan sendiri kemudian mengalami resesi ekonomi yang cukup berat, sehingga meyebabkan pasaran glazing juga menurun. Volume ekspor dari PT. ABC dari tahun ke tahun menunjukkan trend yang menurun seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini:


Tahun


1999


2000


2001


Perkiraan 2002


Metric Ton


4.563,50


2.625,50


1.891,20


958,80


Khusus untuk tahun 1999, volume penjualan lokal adalah 21.101 MT.

C.    CHARACTERISTICS OF GOODS

1.     Ceramic Glaze ( Glazur Keramik )

Produk ini merupakan satu dari beberapa unsur bahan baku untuk membuat keramik lantai (floor tile), tembok (wall tile) dan genteng (roof tile). Produk kami adalah hasil dari joint-effort R&D dari ABC Group Central Lab di Spanyol dan divisi Tile Development di PT. ABC di Cikarang, yang didasari oleh permintaan dan selera pasar di Indonesia.

Produk akhir dari glazur ini adalah hasil  peleburan dari lebih 10-20 unsur-unsur bahan kimia pokok (sebagian besar di import dari China, Argentina, Australia, Jerman dan Holland), yang kemudian dilebur dalam sebuah smelter dengan suhu +1500 derajat celcius, dengan yield loss sebesar +15%. Product ini kemudian dijual sebagian besar ke pabrik-pabrik keramik di Indonesia dan sebagian kecil (dengan trend yang menurun) dieksport ke perusahaan affiliasi ABC Group di wilayah Asia.

Untuk setiap penjualan ke customer, PT. ABC wajib membayar royalty kepada ABC Group Corp. di Amerkia sebesar 3% dari harga jual sebelum VAT. Produksi ini hampir tidak menghasilkan reject, karena setiap kali ada barang reject yang disebabkan off-specification dari para customer, maka produk tersebut dapat dilebur atau diblending kembali ( re-smelt/re-blend ).

2.     Ceramic Colors

Produk ini adalah bahan-bahan pewarna produk keramik. Produk ini pada umumnya dapat dilihat pada produk-produk lantai, tembok dan genteng. Bahan-bahan ini (finished product) di import langsung dari ABC Group affiliate di Eropa (Spanyol) dan kemudian di jual ke pabrik-pabrik keramik di Indonesia. Nilai tambah yang diciptakan oleh PT. ABC hanya pada jalur  distribusi dan bukan di bidang produksi. Apabila ada reject dari customer karena off-specification, dan apabila produk tersebut tidak dapat dijual ke customer yang lain-dikarenakan faktor fashion, yang selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu, maka barang tersebut diberikan ke divisi Tile Development untuk di pergunakan sebagai bahan trial-error atau uji-coba.

Untuk kategori produk ini, PT. ABC tidak membayar royalty, karena royalty sudah dibayarkan oleh ABC Group Spanyol (produsen) kepada ABC Group Corp. di Amerika.

D.    HARGA TRANSFER EKSPOR

Penjualan ekspor PT. PT. ABC seluruhnya dilakukan ke Taiwan untuk mengisi pasar industri keramik di Taiwan yang tidak dapat diisi oleh pabrik di Taiwan.

Kebijakan penetapan harga transfer ekspor diatur oleh manajemen group ABC Group International yang dituangkan dalam Management Policy Guide No. 814 dan berlaku bagi seluruh group ABC Group untuk semua jenis barang.

Penetapan harga transfer penjualan ekspor dilakukan berdasarkan basis biaya ( Cost Basis ) dengan menggunakan metode biaya plus ( Cost Plus Method ).

Formula penetapan harga transfer adalah sebagai-berikut :

                                                 Transfer Price = Standard Cost + TP Margin ( 5% x TP )
 
 



Sebagai contoh, akan diilustrasikan penetapan harga transfer bulan Juni 1999 untuk beberapa produk sebagai-berikut :


Kode Produk


Standard Cost


TP Margin


TP Price

FJ 101
390.11
20.53
410,64
FJ 152
398.10
20.95
419,05
FJ 171
399.04
21.00
420,04

Berdasarkan ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa pada kenyataannya TP Margin to Cost  (mark up) adalah sebesar 5,26 % atau lebih besar dari 5%.

E.    HARGA JUAL LOKAL

Harga untuk penjualan lokal merupakan kombinasi dari pendekatan biaya dan harga pasar. Untuk mencapai tujuan ekonomis perusahaan, manajemen lokal PT. ABC memutuskan bahwa batas gross margin minimal yang harus dicapai untuk setiap produk adalah 25 %.  Operasionalisasi atas kebijakan tersebut dilakukan dengan membuat standard price penjualan lokal bulanan dan dibuat pada awal setiap bulan. Standard price dihitung berdasarkan realisasi biaya pabrikasi pada bulan sebelumnya dan ditambah 25 % gross margin.

Formula perhitungan standard price adalah sebagai-berikut :


                                                Standard Price = Standard Cost + Gross Margin ( 25% x Sales Price )
 
 




Sebagai contoh, akan diilustrasikan standard price bulan Juni 1999 untuk beberapa produk sebagai-berikut :


Kode Produk


Standard Cost


Gross Margin


Standard Price

FJ 101
390.11
130,04
520,15
FJ 152
398.10
132,70
530,80
FJ 171
399.04
133,01
532,05

Berdasarkan ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa pada kenyataannya Gross Margin to Cost untuk penjualan lokal adalah sebesar 33,33 % atau lebih besar dari 25%.

Dalam praktek, negosiasi harga selalu dimulai dengan harga pasar internasional yang berlaku.  Pada tahun 1999, harga pasar internasional selalu lebih tinggi dari standard price  yang ditetapkan oleh manajemen lokal PT. ABC, akibatnya actual gross margin penjualan lokal tahun 1999 mencapai rata-rata 35 % atau 10 % lebih tinggi dari proyeksi gross margin.

F.    SUMMARY OF COMPARABILITY ANALYSIS

a.     Penentuan Transaksi Pembanding

Penerapan prinsip arm’s length pada umumnya didasarkan pada suatu pembandingan dari kondisi-kondisi dalam transaksi yang terkendali dengan kondisi dalam transaksi yang tidak terkendali.  Untuk memperoleh suatu pembandingan yang umum, maka karakteristik-karakteristik yang secara ekonomis relevan dari situasi-situasi yang diperbandingkan, harus dapat dibandingkan secara memuaskan.

Dapat dibandingkan berarti tidak ada perbedaan-perbedaan yang material antara situasi-situasi yang diperbandingkan, sehingga mempengaruhi kondisi-kondisi yang sedang diperbandingkan dalam suatu metodologi, atau apabila terdapat perbedaan yang bersifat material, dapat dibuat adjustments yang secara reasonable akurat untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh dari perbedaan tersebut.

Dalam kasus PT. ABC, Tim Pemeriksa setuju dengan pendapat Wajib Pajak yang mendefinisikan transaksi penjualan lokal sebagai transaksi pembanding dari transaksi penjualan ekspor yang akan diuji kewajaran penetapan harga transfernya, dengan argumentasi bahwa perbedaan-perbedaan kondisi dalam transaksi yang terkendali ( penjualan ekspor ) dengan transaksi yang tidak terkendali ( penjualan lokal ) dapat dieliminir dengan menggunakan metode-metode yang secara teoritis berlaku umum.

  1. Faktor Pembeda Transaksi

Berdasarkan hasil analisis kesebandingan, maka terdapat beberapa perbedaan kondisi-kondisi dalam transaksi penjualan lokal dan penjualan ekspor PT. ABC yang sedang diperbandingkan ( comparability factors ), yaitu untuk hal-hal sebagai-berikut :

1)    Function

Perbedaan fungsi yang dilakukan PT. ABC dalam kedua transaksi yang diperbandingkan tersebut, terjadi karena Wajib Pajak melakukan penjualan dengan 2 ( dua ) cara, yaitu :

a)     Penjualan Langsung

Kontrak transaksi penjualan lokal dilakukan langsung antara PT. ABC dengan pembeli.  Dengan demikian, PT. ABC melakukan semua kegiatan yang umumnya dilakukan oleh suatu unit usaha yang bertindak sebagai penjual. Disamping itu, untuk tujuan memberikan quality assurance, PT. ABC menempatkan pegawainya di lokasi usaha customer untuk turut mengawasi penggunaan bahan baku yang dibeli customer.

b)    Penjualan Tidak Langsung

Transaksi penjualan ekspor dilakukan melalui perusahaan affiliasi di Taiwan, sehingga kegiatan pemasaran, distribusi dan penagihan piutang dilakukan oleh ABC Taiwan.

Dengan demikian, perbedaan fungsi terdapat dalam kegiatan pemasaran dan distribusi, dimana dalam transaksi penjualan ekspor, Wajib Pajak tidak melakukan fungsi atau kegiatan pemasaran dan pendistribusian barang ke konsumen serta penagihan piutang, karena kegiatan tersebut dilakukan oleh ABC Taiwan.  PT. ABC hanya menanggung biaya administrasi penjualan, yang nilainya relatip kecil dibanding nilai penjualan ekspor.

2)    Contractual Terms

Terdapat perbedaan dalam periode kredit ( terms of credit ) untuk transaksi penjualan lokal dan penjualan ekspor, karena dalam transaksi penjualan lokal, customer hanya diberi waktu selama 1 bulan untuk melunasi piutang dagang, sedangkan dalam transaksi penjualan ekspor, perusahaan affiliasi yang bertindak sebagai customer PT. ABC, rata-rata diberi waktu sampai 3 bulan untuk melunasi piutang dagang, karena perusahaan tersebut harus sudah mendapat pembayaran dari customer mereka di Taiwan, baru membayar ke Indonesia.

3)    Risk

Sebagai konsekuensi logis dari perbedaan fungsi dan ketentuan dalam kontrak dari kedua transaksi yang diperbandingkan, maka resiko bisnis yang ditanggung juga berbeda. Perbedaan resiko akan meliputi hal-hal sebagai-berikut :

a)     Resiko Pasar

Gross margin industri ceramic glaze di Taiwan, yang melakukan fungsi manufacturing dan distribusi, rata-rata sekitar 20 %, atau lebih kecil 5 % dibanding perkiraan lembaga riset independen di Indonesia mengenai rata-rata gross margin industri ceramic glaze di Indonesia.

b)    Perbedaan Periode Kredit

Selisih waktu pelunasan piutang oleh para customer, antara penjualan lokal ( 1 bulan ) dan penjualan ekspor ( 3 bulan ), menyebabkan PT. ABC kehilangan nilai waktu dari uang hasil penjualan ekspor.  Dengan demikian, present value dari nilai ekspor USD 400 lebih kecil dari present value nilai penjualan lokal USD 400.

PT. ABC tidak memperhitungkan perbedaan nilai present value penjualan lokal dan penjualan ekspor dalam comparability adjustments.

c)     Resiko Bad Debts

Karena tidak melakukan fungsi penagihan piutang, maka PT. ABC tidak menanggung resiko kegagalan penagihan piutang.  Kebijakan manajemen ABC Taiwan untuk penyisihan bad debts adalah 5 %.

4)    Macro Economic Condition Circumstances

Untuk dapat dikonsumsi di Taiwan, maka barang yang dikirim oleh PT. ABC harus membayar Bea Masuk di Taiwan dan biaya tersebut menjadi beban ABC Taiwan.  Tarif Bea Masuk di Taiwan untuk barang produk PT. ABC adalah sebasar 5 % dari harga barang. Dengan demikian harga beli barang menjadi 105 % dibanding harga jual dari PT. ABC.